rss
facebook
twitter

12 December 2011

Kebaikan Menjenguk Orang Sakit

Semua artikel yang diposting di blog ini adalah hal yang berkaitan dengan yang telah saya lakukan, kali ini mengenai kebaikan atau pahala yang kita dapatkan saat menjenguk orang sakit. Bukan untuk membuat kita menjadi riya tetapi yang paling di utamakan untuk mendapatkan ridho Tuhan, agar segala tindakan yang kita perbuat benar2 diridhoi-Nya. Jadi tidak ada salahnya jika kita mengetahui kebaikan yang akan kita dapatkan sehingga lebih bersemangat. Menjenguk orang yang sakit tidak lepas dari bidang yang sekarang saya geluti, yaitu mengembangkan produk kesehatan, dimana saya bukan berharap agar saya semata-mata mendapatkan untung tetapi benar2 ingin menyampaikan informasi yang sangat diperlukan bagi mereka yang sedang sakit. Betapa baiknya jika apa yang kita lakukan yang pertama menguntungkan bagi orang lain dan tanpa ada unsur paksaan kita juga mendapatkan untung, dan lebih sempurna lagi jika untung yang kita dapat itu untuk bekal di akhirat. Langsung saja saya paparkan dari hasil pencarian saya di blog teman2 yang lain.
Sakit tak hanya berdampak pada orang yang menderitanya. Namun bagi keluarga, saudara, dan (mungkin) temannya juga. Merekalah yang merawat dan mengusahakan kesembuhannya, yang tak kalah besar pahalanya. Bila sabar dan ikhlas menyimpan pahala bagi penderita sakit. Maka bagi keluarga, saudara, teman, atau orang lain, pahala tersebut ada ketika menjenguk orang sakit.

Diriwayatkan dari hadits Tsauban yang marfu’ bahwa Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya apabila seorang muslim menjenguk orang muslim lainnya, maka ia berada di dalam khurfatul jannah.” Dalam riwayat lain ditanyakan kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apakah khurfatul jannah itu?” Beliau menjawab, “Yaitu taman buah di Surga.”

Subhanallah. Menjenguk orang sakit adalah perbuatan baik. Ia merupakan bagian dari akhlakul karimah. Tindakannya pun dipuji oleh malaikat. Berikut hadits yang menjelaskannya,

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Tiada seorang muslim yang menjenguk orang muslim lainnya pada pagi hari kecuali ia dido’akan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga sore hari. Dan jika ia menjenguknya pada sore hari, maka ia dido’akan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga pagi hari. Dan baginya kurma yang dipetik di taman Surga.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata “hadits hasan”)

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan berfirman pada hari kiamat, ‘Hai anak Adam, Aku sakit, tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.’ Orang itu bertanya, ‘Oh Tuhan, bagaimana aku harus menjengukMu sedangkan Engkau adalah Tuhan bagi alam semesta?’ Allah menjawab, ‘Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sedang sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya? Apakah kamu tidak tahu bahwa seandainya kamu menjenguknya pasti kamu dapati Aku di sisinya?’”

Dalam Islam, menjenguk orang sakit, tidaklah patut mempertimbangkan latar belakangnya. Apapun warna kulitnya, sukunya, miskin atau kaya, cantik atau kurang cantik, pintar atau kurang pintar, nenek-nenek atau masih muda, mahasiswa atau lulusan SD, bahkan yang berbeda agama sebaiknya dijenguk. Karena ianya amal kemanusiaan yang dalam Islam dinilai sebagai ibadah. Bahkan aktivitasnya disebut qurbah (pendekatan diri kepada Allah). Sebagaimana hadits qudsi, Allah berfirman,
“Wahai manusia, si fulan hambaKu sakit dan engkau tidak membesuknya. Ingatlah seandainya engkau membesuknya niscaya engkau mendapatiKu di sisinya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Anak kecil apabila sakit maka mereka juga dikunjungi, sebagaimana orang-orang dewasa. Yang demikian itu dikarenakan adanya makna yang menyebabkan orang dewasa dikunjungi seperti adanya doa bagi yang sakit, meringankan sakitnya, meruqyahnya dengan ruqyah syar’iyyah, dan akan mendapatkan pahala mengunjungi orang sakit bagi orang yang berkunjung.
Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma dia berkata : Sesungguhnya salah seorang anak perempuan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengutus seseorang kepada beliau dan ketika itu perawi sedang bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Sa’ad dan Ubai- yang mana kami mengira bahwa anak perempuan saya akan menjumpai ajalnya maka mari kita menyaksikannya bersama, maka nabi mengutus utusan kepadanya dengan ucapan salam dan berkata : 'Sesungguhnya milik Allah apa yang dia ambil dan apa yang dia berikan dan setiap sesuatu telah ditetapkan ajalnya di sisiNya, maka hendaknya kamu mengharap pahala dan bersabar'. Namun anak perempuan beliau kembali mengutus utusan dengan mengucapkan sumpah atas beliau, maka nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan kami pun bangkit bersama beliau, ketika beliau berada di tempat kejadian anak kecil itu diangkat ke pangkuan nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan nafasnya tersengal-senggal, kedua mata nabi berlinangkan air mata, maka Sa’ad berkata padanya : 'apa ini wahai rasulullah?' Beliau berkata : 'ini adalah rahmat yang Allah berikan di hati-hati yang Allah kehendaki dari para hambanya, dan Allah tidak akan menyayangi dari para hambanya kecuali mereka yang penyayang'.

Sebagian manusia menjauhkan diri untuk mengunjungi orang sakit yang tidak sadar akan kehadiran orang-orang yang ada di sekitarnya, seperti orang yang dalam kondisi pingsan yang muncul berulang-ulang, atau mereka yang dalam kehilangan kesadaran dalam jangka waktu lama, dengan alasan orang yang sakit ini tidak menyadari keberadaannya dan tidak merasakannya maka kalau begitu tidak perlu untuk menjenguknya, ini adalah pemahaman yang salah dan argumen yang tidak ada dalilnya, dan dalil yang shahih justru menyelisihinya.
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma dia berkata : ”Saya pernah sakit maka nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan Abu Bakar mendatangiku untuk menjengukku dengan berjalan kaki, maka mereka mendapatiku dalam keadaan pingsan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu` dan memercikkan wudhu’nya kepadaku, aku pun sadar dan mendapati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dekatku, maka saya berkata : “Wahai Rasulullah, apa yang seharusnya saya perbuat terhadap hartaku, bagaimana saya memutuskan warisan hartaku? Namun beliau tidak menjawabku dengan satu kata pun sampai ayat tentang warisan turun”.
Ibnu Hajar berkata : “Sekedar mengetahui keadaan orang yang sakit dengan menjenguknya tidak menjadikan pensyariatan menjenguknya terhenti. Karena di balik hal itu dapat membalut kekhawatiran keluarganya, dan mengharapkan berkah doa dari orang yang menjenguknya, meletakkan tangannya di atas orang yang sakit, mengusap badannya, meniupkan bacaan kepadanya ketika memohonkan perlindungan dan yang selainnya".
 
Sebagian ulama berpendapat makruh menjenguk orang kafir dikarenakan di dalam perkara menjenguk mereka terkandung adanya pemuliaan. Sebagian ulama lainnya membolehkan menjenguk mereka apabila diharapkan masuk islam, dan pendapat ini lebih sesuai dengan perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu telah meriwayatkan : ” Bahwa seorang budak milik orang Yahudi yang pernah membantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya dalam rangka menjenguknya, beliau berkata : Masuklah kamu ke dalam islam, maka orang itu pun masuk islam”.
Dan dari Sa’id bin Al-Musyyib dari ayahnya beliau berkata : ketika kematian menghadiri Abu Thalib Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya dan berkata : “katakanlah laa ilaaha illallaah satu kalimat yang dengannya aku akan membelamu di sisi Allah



Sepatutnya bagi orang yang menjenguk agar jangan berlama-lama duduk dan tinggal di sisi orang yang sakit, karena orang yang sakit tersibukkan dengan rasa lapar dan sakitnya. Dan ketika orang yang menjenguk berdiam lama di sisi orang yang sakit akan memberatkan bagi orang yang sakit bahkan terkadang menambah sakitnya, oleh karena itu diantara perkara yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah dengan meringankannya.
Dari Ibnu Thawus dari ayahnya dia berkata : “Menjenguk orang sakit yang paling baik adalah yang paling ringan …
Al-Auza’iy berkata : “Saya pernah bepergian menuju Bashrah ingin menjumpai Muhammad bin Sirin, namun saya mendapatinya dalam keadaan sakit di perutnya, maka kami pun masuk kepadanya untuk menjenguknya dalam keadaan berdiri …"
Asy-Sya’bi berkata : “Kunjungan orang-orang desa yang pandir lebih memberatkan bagi orang yang sakit daripada sakit yang dideritanya, mereka mendatanginya bukan pada waktunya dan berlama-lama duduk di sisinya".
Akan tetapi sepatutnya untuk diketahui bahwa apabila orang yang sakit menyukai orang yang menjenguk tinggal lebih lama di sisinya dan terus menerus menziarahinya, maka lebih utama bagi orang yang menjenguk untuk memenuhi keinginan orang yang sakit dikarenakan di dalam amalan tersebut terkandung sesuatu yang dapat memasukkan kebahagiaan bagi orang yang sakit, dan menyenangkan hatinya sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk Sa’ad bin Mu’adz ketika terkena musibah di hari peperangan Khandak. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendirikan kemah bagi Sa’ad di dalam masjid agar dia dapat menjenguknya dari dekat.
Maka sahabat mana yang tidak menyenangi keberadaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdi sisinya dan berulang-ulang menziarahinya.


Mengunjungi laki-laki yang sakit boleh bagi wanita walaupun mereka bukan mahram mereka, akan tetapi hal itu disyaratkan apabila aman dari fitnah, adanya sitar (hijab), tidak adanya khalwat (berdua-duaan), maka apabila syarat-syarat ini ada maka mengunjungi laki-laki yang sakit yang bukan mahram boleh bagi wanita dan demikian pula sebaliknya, dari Aisyah radhiallahu ‘anha dari ayahnya, dia berkata : ”Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, Abu Bakar dan Bilal radhiallahu ‘anhuma menderita demam, Aisyah berkata : Maka saya pun masuk kepada mereka berdua dan saya berkata : Wahai ayahku bagaimana keadaanmu? Dan wahai Bilal bagaimana keadaanmu?“. Dalam riwayat Ahmad : Urwah berkata : “Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Al-Madinah para sahabat beliau mengeluh sakit demikian pula Abu Bakar, ‘Amir bin Fuhairah maula Abu Bakar dan Bilal mengeluh sakit, maka Aisyah meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengunjungi mereka, dan Nabi mengizinkannya, dan Aisyah berkata kepada Abu Bakar : bagaimana keadaanmu?

Dan dari Ibnu Syihab dari Abu Umamah bin Sahl bin Hanif bahwasanya dia mengabarkan kepadanya : ”Bahwa ada seorang wanita yang miskin sedang sakit maka dia mengabarkan kepada Rasulullan Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang sakitnya wanita tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyakan tentang keadaan mereka"
Ibnu Abdil Bar berkata : “Pada hadits ini menunjukkan pembolehan kunjungan wanita kepada laki-laki walaupun laki-laki tersebut bukan mahramnya, dan masalah ini –menurut saya (penulis) agar wanita itu Mutajallah, dan apabila bukan Mutajallah maka tidak boleh, kecuali dia bertanya kepadanya dan tidak melihat kepadanya."

Disunnahkan bagi orang yang menjenguk untuk duduk di samping kepala orang yang sakit. Hal ini pernah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan dan orang-orang shalih setelah beliau. Dan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata : ” Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk orang yang sakit beliau duduk di sisi kepalanya".
Dari Ar-Rabi’ bin Abdillah dia berkata : “Saya pernah pergi bersama Al-Hasan menjumpai Qatadah untuk menziarahinya, dan dia duduk di sisi kepalanya. Lalu beliau bertanya kepadanya kemudian mendoakan kesembuhan baginya."
Berkaitan dengan adab duduk orang yang menjenguk di samping kepala orang yang sakit ada beberapa faedah diantaranya : Bahwa pada hadits tersebut adanya anjuran untuk bersikap ramah kepada orang yang sakit. Diantaranya juga orang yang menjenguk memungkinkan untuk meletakkan tangannya kepada orang yang sakit, mendoakan kesembuhan baginya dan meniupkannya kepadanya, dan perbuatan yang semisal dengan itu.

Maka wajar, Nabi pernah bersabda,
“Siapa yang menjenguk orang sakit, maka berserulah penyeru dari langit (malaikat), ‘Bagus engkau, bagus perjalananmu, dan engkau telah mempersiapkan tempat tinggal di dalam Surga.” (HR. Ibnu Majah diriwayatkan dari Abu Hurairah)
Dengan demikian, penting untuk diperhatikan etika (adab-adab) ketika menjenguk orang sakit.
-     Sebutlah identitas diri yang jelas. Jangan menyebutkan identitas yang kurang jelas, sehingga membingungkan bagi orang yang sedang sakit.
-     Berkunjung di waktu yang tepat. Jangan datang di waktu orang sakit sedang beristirahat, sedang waktunya tidur, minum obat, atau mengganti pembalut luka misalnya. Jangan pula terlalu lama di tempat orang sakit. Bisa jadi penderita sakit membutuhkan banyak waktu untuk istirahat. Ini terkecuali bagi yang memiliki hubungan khusus dengan penderita sakit.
-     Jangan banyak bertanya. Sangat baik bila pengunjung tidak mengobrol sendiri. Apalagi mengajukan banyak pertanyaan, yang akhirnya membuat penderita sakit kelelahan. Hendaknya pengunjung menampakkan rasa kasih sayang dan belas kasihannya.
-     Mendo’akannya dengan ikhlas. Ada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah bersabda,
“Siapa yang menjenguk orang sakit yang belum tiba ajalnya, lalu ia mengucapkan do’a ini di sampingnya sebanyak tujuh kali: (Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan Pemilik Arsy yang Agung. Semoga Dia berkenan menyembuhkanmu), niscaya Allah akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut.”
Dianjurkan pula membacakan do’a sakit: Allahumma Ya Rabbannaasa adzhibil ba’tsa wa asyfi wa anta syaafi laa syifa a illa syifauka syifa an laa yughadiru saqama.. (Ya Allah, Tuhannya manusia, hilangkanlah bahaya. Sembuhkanlah. Hanya Engkau yang dapat menyembuhkan. Tiada kesembuhan kecuali dariMu. Sembuh yang tidak dihinggapi penyakit lagi.)” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Aisyah)
-     Menimbulkan optimisme kepada orang yang sedang sakit. Saat menjenguk, anjurkanlah untuk berlaku sabar. Karena sabar itu besar pahalanya, sedangkan berkeluh kesah itu dosa.
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَ
Laa Tahzan! Innallaahama’ana..
“Janganlah kamu bersedih. Sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At-Taubah : 40).

Sumber : aljaami.wordpress.com, dakwahkampus.com

0 comments:

Post a Comment