Selain shalat fardhu, Allah juga memberikan amalan shalat sunah untuk menambah keutamaan dan pahala bagi setiap hamba-Nya. Di antaranya ialah tiga shalat sunah, yaitu shalat Tahajud, Istikharah, dan Dhuha yang memiliki keutamaan sangat besar, baik menyangkut hajat kebutuhan duniawi maupun pahala akhirat.
Shalat
Tahajjud
Shalat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya
mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah SWT (Qs Al-Isra: 79)
tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian
Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunah itu bisa
membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker.
Tidak
percaya? “Cobalah Anda rajin-rajin shalat tahajjud. Jika anda
melakukannya secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya Anda
terbebas dari infeksi dan kanker,” ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan
‘tukang obat’ jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam
desertasinya yang berjudul Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap
Peningkatan Perubahan Response Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu
Pendekatan Psiko-neuroimunologi. Dengan desertasi itu, Sholeh
berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada Program
Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan
lalu.
Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya
merupakan ibadah shalat tambahan atau shalat sunah. Padahal jika
dilakukan secara kontinyu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara
medis shalat itu menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi)
khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi
dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu
untuk menanggulangi masalah yang dihadapi).
Shalat
tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status
shalat yang mu’akkadah (sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada
sisi rutinitas shalat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan.
Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan
mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan
teknologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri,
dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.
Parameternya,
lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi normal,
jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690
nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00 normalnya
antara 69-345 nmol/liter. Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa
diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya.
Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah paradigma lama
yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.
Sholeh
mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41 responden
siswa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41
siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan shalat tahajjud
selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan
shalat tahjjud selama dua bulan. Shalat dimulai pukul 02-00-3:30
sebanyak 11 rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga
rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium
di Surabaya (Paramita, Prodia dan Klinika). Hasilnya, ditemukan bahwa
kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda
jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan
ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual
untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. Jadi
shalat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan
muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara
memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi
yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress.
Nah,
menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap
penyakit kanker dan infeksi. Dengan shalat tahajjud yang dilakukan
secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa,
seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar
akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan
hitungan teknik medis menunjukkan, shalat tahajjud yang dilakukan
seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Sebuah
bukti bahwa, keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua
rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh Allah SWT
kepadanya.
Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk di akal kita?
Seorang doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban
yang ditemuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan
tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah
seorang doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin
pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu ia telah membuka sebuah
klinik yang bernama “Pengobatan Melalui Al Qur’an” Kajian pengobatan
melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang
terdapat di dalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam)
dan sebagainya.
Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk
memeluk Islam, maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian
saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia
ini tidak dimasuki oleh darah.
Padahal setiap inchi otak manusia
memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara lebih normal.
Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia menemukan bahwa
darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan
ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat
tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya
darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang 5
waktu yang diwajibkan oleh Islam.
Begitulah keagungan ciptaan
Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak
tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara
normal. Oleh karena itu, kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk
menganut agama Islam “sepenuhnya” karena sifat fitrah kejadiannya memang
telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.
Dalam sebuah hadist menerangkan “Dari Abu Hurairah ra. diterangkan bahwa
ada seorang sahabat bertanya : Shalat apakah yang lebih utama selain
dari shalat fardhu yang lima?. Kemudian Rasulullah SAW menjawab : “Wa
minallahi fatahajjad bihiinaa filatan laka ‘asaa ayyab ‘atsaka rabbuka
maqaaman mahmuuda.” (artinya = Firman Allah: Dan pada sebagian malam
hari, bershalat tahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan, mudah-mudahan
Tuhanmu mengangkat kamu ketempat yang terpuji. (QS. Al Isra :79)
Shalat Istikharah
Hidup selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Pilihan mengerjakan ini atau itu, pilihan meneruskan atau tidak. Bahkan, kita ingin menjadi orang yang beriman atau orang kafir pun, itu juga tergantung dari pilihan kita. Dari pilihan tersebut, sebagian ada yang mengantarkan kita kepada kesuksesan, kebahagiaan, kebaikan, dan mengantarkan kita ke surga. Sebagian lainnya, ada yang mengantarkan kepada kegagalan, kecelakaan, keburukan, dan mengantarkan kita ke neraka. Karenanya, kita harus menentukan pilihan yang tepat agar tidak terjerumus dalam keburukan dan membawa dampak yang negatif yang akan merugikan diri kita sendiri.Seiring dengan itu, masalah dan musibah juga kerap selalu menemani manusia. Bagi seorang muslim, sebuah masalah menjadi nilai dari setiap awal dan gerak. Hal yang mesti dilakukan saat masalah dan musibah itu datang adalah mempertahankan ketenangan, harapan, keberanian, dan semangat kerja. Selain itu, kita juga mesti menyandarkan masalah tersebut kepada Allah. Sebab, Dialah yang akan menolong dan memberikan apa yang terbaik buat hamba-Nya.Rasulullah telah mengajarkan agar kita melakukan shalat istikharah guna menyandarkan masalah dan pilihan-pilihan yang mesti kita ambil.
Dengan beristikharah, kita akan ridha terhadap apa pun yang Allah berikan, mendapatkan jiwa yang tenang, dilapangkan dada kita terhadap pilihan yang Allah pilihkan, serta tidak akan menyesal dengan pilihan yang Allah berikan dan diberi ketetapan hati.Kemudian, bagaimanakah agar Allah menetapkan suatu pilihan-Nya yang terbaik buat kita? Dalam buku Keajaiban Shalat Istikharah yang diterbitkan QultumMedia ini, dibahas banyak hal tentang tata cara agar bisa mendapatkan keajaiban tersebut. Di dalamnya, terkandung hikmah dan keajaiban yang amat besar, sebagaimana juga telah dialami banyak orang mengenai keajaiban shalat istikharah ini.Selain itu, buku yang ditulis oleh Muhammad Abu Ayyas ini memberikan bimbingan, panduan, dan jalan bagaimana kita menyikapi masalah, musibah, dan matematika hidup. Tentunya, melalui jalan-jalan yang diridhai Allah SWT.
Shalat Istikharah
Hidup selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Pilihan mengerjakan ini atau itu, pilihan meneruskan atau tidak. Bahkan, kita ingin menjadi orang yang beriman atau orang kafir pun, itu juga tergantung dari pilihan kita. Dari pilihan tersebut, sebagian ada yang mengantarkan kita kepada kesuksesan, kebahagiaan, kebaikan, dan mengantarkan kita ke surga. Sebagian lainnya, ada yang mengantarkan kepada kegagalan, kecelakaan, keburukan, dan mengantarkan kita ke neraka. Karenanya, kita harus menentukan pilihan yang tepat agar tidak terjerumus dalam keburukan dan membawa dampak yang negatif yang akan merugikan diri kita sendiri.Seiring dengan itu, masalah dan musibah juga kerap selalu menemani manusia. Bagi seorang muslim, sebuah masalah menjadi nilai dari setiap awal dan gerak. Hal yang mesti dilakukan saat masalah dan musibah itu datang adalah mempertahankan ketenangan, harapan, keberanian, dan semangat kerja. Selain itu, kita juga mesti menyandarkan masalah tersebut kepada Allah. Sebab, Dialah yang akan menolong dan memberikan apa yang terbaik buat hamba-Nya.Rasulullah telah mengajarkan agar kita melakukan shalat istikharah guna menyandarkan masalah dan pilihan-pilihan yang mesti kita ambil.
Dengan beristikharah, kita akan ridha terhadap apa pun yang Allah berikan, mendapatkan jiwa yang tenang, dilapangkan dada kita terhadap pilihan yang Allah pilihkan, serta tidak akan menyesal dengan pilihan yang Allah berikan dan diberi ketetapan hati.Kemudian, bagaimanakah agar Allah menetapkan suatu pilihan-Nya yang terbaik buat kita? Dalam buku Keajaiban Shalat Istikharah yang diterbitkan QultumMedia ini, dibahas banyak hal tentang tata cara agar bisa mendapatkan keajaiban tersebut. Di dalamnya, terkandung hikmah dan keajaiban yang amat besar, sebagaimana juga telah dialami banyak orang mengenai keajaiban shalat istikharah ini.Selain itu, buku yang ditulis oleh Muhammad Abu Ayyas ini memberikan bimbingan, panduan, dan jalan bagaimana kita menyikapi masalah, musibah, dan matematika hidup. Tentunya, melalui jalan-jalan yang diridhai Allah SWT.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan sholat istikharah:
Biasakanlah untuk melakukan shalat Istikharah dalam setiap perkara apa saja sekali pun sepele. Yakinlah bahwa Allah subhanahu wata’ala akan menganugerahkan petunjuk untuk hal yang lebih baik, himpun segenap hati saat berdo’a, renungi dan pahamilah makna-maknanya yang agung. Tidak sah melakukan shalat Istikharah setelah shalat fardhu tetapi harus berupa (shalat sunnah) dua raka’at yang khusus untuk shalat Istikharah. Jika hendak melakukan shalat Istikharah setelah shalat sunnah Rawatib, shalat Dhuha atau shalat-shalat sunnah lainnya, maka hal itu boleh dengan syarat berniat sholat Istikharah sebelum memulai shalat . Sedangkan bila telah melakukan Takbiratul Ihram untuk shalat istikharah, padahal belum meniatkan shalat Istikharah, maka tidak sah. Jika ingin melakukan shalat Istikharah di waktu-waktu yang terlarang, maka bersabarlah hingga masuk waktu shalat. Jika ada yang menghalangi untuk shalat -seperti sedang haidh bagi wanita-, maka tunggulah hingga halangan itu hilang. Jika urusan yang ingin di Istikharah-kan itu dikhawatirkan terlewati, maka beristikharahlah dengan cara berdo’a, bukan dengan melakukan shalat. Bila tidak hafal do’a Istikharah, maka bacalah di kertas atau kitab tetapi sebaiknya dihafal. Do’a shalat Istikharah boleh diucapkan sebelum salam dari shalat -yakni setelah tasyahhud- sebagaimana halnya boleh setelah salam. Bila telah melakukan shalat Istikharah, maka lakukanlah apa yang diinginkan itu dan jangan menunggu mendapatkan mimpi mengenai hal itu. Bila masih belum tampak mana yang lebih baik, maka ulangi lagi shalat Istikharah. Jangan tambahkan apa pun pada do’a ini dan jangan pula dikurangi. Berhentilah sebatas dalil yang ada. Jangan jadikan hawa nafsu menguasai dalam menentukan pilihan, sebab bisa jadi yang lebih baik bertentangan dengan hawa nafsu itu. Jangan lupa untuk meminta pendapat orang-orang yang bijak dan shalih. Gabungkan antara shalat Istikharah dan meminta pendapat.
Biasakanlah untuk melakukan shalat Istikharah dalam setiap perkara apa saja sekali pun sepele. Yakinlah bahwa Allah subhanahu wata’ala akan menganugerahkan petunjuk untuk hal yang lebih baik, himpun segenap hati saat berdo’a, renungi dan pahamilah makna-maknanya yang agung. Tidak sah melakukan shalat Istikharah setelah shalat fardhu tetapi harus berupa (shalat sunnah) dua raka’at yang khusus untuk shalat Istikharah. Jika hendak melakukan shalat Istikharah setelah shalat sunnah Rawatib, shalat Dhuha atau shalat-shalat sunnah lainnya, maka hal itu boleh dengan syarat berniat sholat Istikharah sebelum memulai shalat . Sedangkan bila telah melakukan Takbiratul Ihram untuk shalat istikharah, padahal belum meniatkan shalat Istikharah, maka tidak sah. Jika ingin melakukan shalat Istikharah di waktu-waktu yang terlarang, maka bersabarlah hingga masuk waktu shalat. Jika ada yang menghalangi untuk shalat -seperti sedang haidh bagi wanita-, maka tunggulah hingga halangan itu hilang. Jika urusan yang ingin di Istikharah-kan itu dikhawatirkan terlewati, maka beristikharahlah dengan cara berdo’a, bukan dengan melakukan shalat. Bila tidak hafal do’a Istikharah, maka bacalah di kertas atau kitab tetapi sebaiknya dihafal. Do’a shalat Istikharah boleh diucapkan sebelum salam dari shalat -yakni setelah tasyahhud- sebagaimana halnya boleh setelah salam. Bila telah melakukan shalat Istikharah, maka lakukanlah apa yang diinginkan itu dan jangan menunggu mendapatkan mimpi mengenai hal itu. Bila masih belum tampak mana yang lebih baik, maka ulangi lagi shalat Istikharah. Jangan tambahkan apa pun pada do’a ini dan jangan pula dikurangi. Berhentilah sebatas dalil yang ada. Jangan jadikan hawa nafsu menguasai dalam menentukan pilihan, sebab bisa jadi yang lebih baik bertentangan dengan hawa nafsu itu. Jangan lupa untuk meminta pendapat orang-orang yang bijak dan shalih. Gabungkan antara shalat Istikharah dan meminta pendapat.
Shalat Dhuha
Shalat
sunnat ini yang dilakukan seorang muslim saat waktu dhuha. Waktu dhuha
tiba saat matahari mulai naik, kira-kira setengah jam setelah matahari
terbit sampai setengah jam sebelum matahari tepat di tengah. Atau
sekitar pukul delapan pagi hingga pukul sebelas. Jumlah raka'at shalat
dhuha, dari dua hingga duabelas raka'at. Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Matahari terbit
dengan diikuti setan. Pada waktu mulai terbit, matahari berada dekat
dengan setan, dan ketika telah mulai meninggi berpisah darinya. Pada
waktu matahari berada tepat di tengahtengah langit, ia kembali dekat dengan setan, dan ketika telah zawal (condong
ke arah barat) ia berpisah darinya. Pada waktu hampir terbenam, ia dekat
dengan setan, dan setelah terbenam ia berpisah lagi darinya.” [HR.
Nasa’i].
Waktu-waktu itu adalah waktu yang haram untuk shalat. Artinya apabila
kita melakukan shalat sunat pada waktu haram, maka bukan pahala yang
kita dapatkan, melainkan dosa. Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat
Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: “Ingatlah,
sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain
saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali kepada ALLAH adalah pada waktu
anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena tersengat
panasnya matahari”. [HR. Muslim]
Meskipun bernilai sunnah, shalat ini mengandung manfaat yang sangat besar bagi umat Islam. Rasulullah bersabda di dalam Hadists Qudsi,“Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat shalat dhuha, karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim dan Thabrani).
Dalam hadist yang lain dikatakan,“Barangsiapa yang masih berdiam diri di mesjid atau tempat shalatnya setelah shubuh karena melakukan I’tikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat shalat dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun bnyaknya melebihi buih di lautan.” (HR. Abu Daud)
"Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus disedekahkan untuk setiap ruas itu." Para shahabat bertanya, "Siapa yang kuat melaksanakan itu, ya Rasulullah? Beliau menjawab, "Dahak yang di masjid itu lalu ditutupinya dengan tanah, atau menyingkirkan sesuatu gangguan dari tengah jalan itu berarti sedekah. Atau, sekiranya tidak dapat melakukan itu, cukuplah diganti dengan mengerjakan dua rakaat shalat dhuha." (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Shalat-shalat sunah sangat dianjurkan. Karena ada faedah yang terkandung di dalamnya. Salah satunya untuk membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahannya. Di antara shalat sunah tersebut adalah shalat dhuha.Hadits Rasulullah SAW terkait shalat dhuha antara lain:"Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa lautan." (H.R Turmudzi
Rezeki adalah hak semua orang dan kemiskinan mendekati kekufuran, maka ibadah dan usaha adalah jawabannya.Dengan mengenal keutamaan dan keajaiban shalat dhuha, maka kaum muslim akan lebih tergerak untuk merawat shalat sunah dhuha ini.
Meskipun bernilai sunnah, shalat ini mengandung manfaat yang sangat besar bagi umat Islam. Rasulullah bersabda di dalam Hadists Qudsi,“Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat shalat dhuha, karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim dan Thabrani).
Dalam hadist yang lain dikatakan,“Barangsiapa yang masih berdiam diri di mesjid atau tempat shalatnya setelah shubuh karena melakukan I’tikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat shalat dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun bnyaknya melebihi buih di lautan.” (HR. Abu Daud)
"Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus disedekahkan untuk setiap ruas itu." Para shahabat bertanya, "Siapa yang kuat melaksanakan itu, ya Rasulullah? Beliau menjawab, "Dahak yang di masjid itu lalu ditutupinya dengan tanah, atau menyingkirkan sesuatu gangguan dari tengah jalan itu berarti sedekah. Atau, sekiranya tidak dapat melakukan itu, cukuplah diganti dengan mengerjakan dua rakaat shalat dhuha." (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Shalat-shalat sunah sangat dianjurkan. Karena ada faedah yang terkandung di dalamnya. Salah satunya untuk membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahannya. Di antara shalat sunah tersebut adalah shalat dhuha.Hadits Rasulullah SAW terkait shalat dhuha antara lain:"Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa lautan." (H.R Turmudzi
Rezeki adalah hak semua orang dan kemiskinan mendekati kekufuran, maka ibadah dan usaha adalah jawabannya.Dengan mengenal keutamaan dan keajaiban shalat dhuha, maka kaum muslim akan lebih tergerak untuk merawat shalat sunah dhuha ini.
Allah SWT dalam beberapa ayat bersumpah dengan waktu dhuha. Dalam
pembukaan surat Assyams, Allah berfirman, ''Demi matahari dan demi waktu
dhuha.'' Bahkan, ada surat khusus di Alquran dengan nama Addhuha. Pada pembukaannya, Allah berfirman, ''Demi waktu dhuha.'' Imam Arrazi
menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu
menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah
dengan waktu dhuha, berarti waktu dhuha adalah waktu yang sangat
penting. Benar, waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting. Di antara
doa Rasulullah SAW: Allahumma baarik ummatii fii bukuurihaa. Artinya,
''Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku di waktu pagi.''
Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif dan bangun di waktu pagi (waktu subuh dan dhuha) untuk beribadah kepada Allah dan mencari nafkah yang halal, ia akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang terlena dalam mimpi-mimpi dan tidak sempat shalat Subuh pada waktunya, ia tidak kebagian keberkahan itu.
Abu Dzar meriwayatkan sebuah hadis. Rasulullah SAW bersabda, ''Bagi tiap-tiap ruas anggota tubuh kalian hendaklah dikeluarkan sedekah baginya setiap pagi. Satu kali membaca tasbih (subhanallah) adalah sedekah, satu kali membaca tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, satu kali membaca takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan, semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha.'' (HR Muslim).
Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat. Dalam riwayat Ummu Hani', ''Kadang Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha sampai delapan rakaat.'' (HR Muslim). Imam Attirmidzi dan Imam Atthabrani meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa bila seseorang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu ia berdiam di tempat shalatnya sampai tiba waktu dhuha, kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha, ia akan mendapatkan pahala seperti naik haji dan umrah diterima. Para ulama hadis merekomendasikan hadis ini kedudukannya hasan.
Jelaslah bahwa shalat Dhuha sangat penting bagi orang beriman. Penting bukan karena--seperti yang banyak dipersepsikan--shalat Dhuha ada hubungannya dengan mencari rezeki, melainkan ia penting karena sumpah Allah SWT dalam Alquran. Maka, sungguh bahagia orang-orang beriman yang memulai waktu paginya dengan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu dilanjutkan dengan shalat Dhuha.
Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif dan bangun di waktu pagi (waktu subuh dan dhuha) untuk beribadah kepada Allah dan mencari nafkah yang halal, ia akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang terlena dalam mimpi-mimpi dan tidak sempat shalat Subuh pada waktunya, ia tidak kebagian keberkahan itu.
Abu Dzar meriwayatkan sebuah hadis. Rasulullah SAW bersabda, ''Bagi tiap-tiap ruas anggota tubuh kalian hendaklah dikeluarkan sedekah baginya setiap pagi. Satu kali membaca tasbih (subhanallah) adalah sedekah, satu kali membaca tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, satu kali membaca takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan, semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha.'' (HR Muslim).
Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat. Dalam riwayat Ummu Hani', ''Kadang Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha sampai delapan rakaat.'' (HR Muslim). Imam Attirmidzi dan Imam Atthabrani meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa bila seseorang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu ia berdiam di tempat shalatnya sampai tiba waktu dhuha, kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha, ia akan mendapatkan pahala seperti naik haji dan umrah diterima. Para ulama hadis merekomendasikan hadis ini kedudukannya hasan.
Jelaslah bahwa shalat Dhuha sangat penting bagi orang beriman. Penting bukan karena--seperti yang banyak dipersepsikan--shalat Dhuha ada hubungannya dengan mencari rezeki, melainkan ia penting karena sumpah Allah SWT dalam Alquran. Maka, sungguh bahagia orang-orang beriman yang memulai waktu paginya dengan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu dilanjutkan dengan shalat Dhuha.
Sumber :
- Sholat-Dhuha.Info
- ridwanhr.itgo.com
- id.shvoong.com
- penyejukhatiku.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment